Perang uhud merupakan suatu tanda perjuangan Rasul Muhammad SAW beserta kaum muslimin di Madinah dalam berperang melawan kaum kafir Quraisy di Mekkah.
Perang pada tanggal 7 Syawal 3 Hijriah di latar belakangi kebencian kaum kafir Quraisy terhadap nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya (kaum muslim). Nama Uhud sendiri diambil dari nama sebuah bukit yang berjarak sekitar 4 mil dari masjid Nabawi, Madinah. Jumlah pasukan Islam waktu itu hanya 700 orang, sementara pasukan kafir Quraisy berjumlah 3000 orang. Sebuah perbandingan angka yang sangat-sangat terlampau jauh.
Penyebab Perang Uhud
Selain sebab begitu bencinya kafir Quraisy Mekkah terhadap Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan pecahnya Perang Uhud, iaitu :
- Dendam Perang Badar. Kaum kafir Quraisy mengalami kekalahan dalam perang itu dan tokoh-tokoh suku mereka pun banyak yang tewas.
- Tekad kafir Quraisy buat mengembalikan kehormatan mereka yang kalah dalam Perang Badr.
- Kafir Quraisy ingin menyelamatkan jalur perdagangan mereke ke negeri Syam dari kaum muslimin, lantaran mereka mengganggap kaum muslim mengganggu aktivitas mereka itu.
- Kaum kafir Quraisy ingin menghancurkan dan melenyapkan kaum muslim sebelum nantinya berubah menjadi kekuatan besar dan menghancurkan kaum kafir.
Sebelum perang uhud, Rasulullah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya. Dalam musyawarah tersebut,Rasulullah berpendapat, dan pendapat baginda ini sesuai dengan mimpi yang baginda alami beberapa hari sebelumnya, iaitu :
“Saya bermimpi mengayunkan pedang lalu pedang itu patah ujungnya. Itu (isyarat-penting) musibah yang menimpa kaum Muslimin dalam Perang Uhud. Kemudian saya ayunkan lagi pedang itu lalu pedang itu baik lagi, lebih baik dari sebelumnya. Itu (isyarat –penting) kemenangan yang Allah Ta’ala anugerahkan dan persatuan kaum Muslimin. Dalam mimpi itu saya juga melihat sapi –Dan apa yang Allah lakukan itu adalah yang terbaik- Itu (isyarat) terhadap kaum Muslimin (yang menjadi korban) dalam perang Uhud. Kebaikan adalah kebaikan yang Allah Ta’ala anugerahkan dan balasan kejujuran yang Allah Ta’ala karuniakan setelah perang Badar”.
Rasûlullâh SWT menakwilkan mimpi baginda ini dengan kekalahan dan kematian yang akan terjadi dalam Perang Uhud.
Saat mengetahui kedatangan Quraisy untuk menyerbu kaum Muslimin di Madinah, Rasûlullâh SWT mengajak para Sahabat bermusyawarah untuk mengambil tindakan terbaik. Apakah mereka tetap tinggal di Madinah menunggu dan menyambut musuh di kota Madinah ataukah mereka akan menyongsong musuh di luar Madinah?
Rasûlullâh SWT cenderung mengajak para Sahabat bertahan di Madinah dan melakukan perang kota, namun sekelompok kaum Anshâr mengatakan
“Wahai Nabiyullâh! Sesungguhnya kami benci berperang di jalan kota Madinah. Pada jaman jahiliyah kami telah berusaha menghindari peperangan (dalam kota), maka setelah Islam kita lebih berhak untuk menghindarinya. Cegahlah mereka (di luar Madinah) !”
Rasûlullâh SWT bersiap untuk berangkat. Baginda mengenakan baju besi dan segala peralatan perang. Setelah menyadari keadaan, para Sahabat saling menyalahkan. Akhirnya, mereka mengatakan
“Rasûlullâh SWT menawarkan sesuatu, namun kalian mengajukan yang lain. Wahai Hamzah, temuilah Rasûlullâh SWT dan katakanlah, “Kami mengikuti pendapatmu””.
Hamzah radhiallahu’anhu pun datang menemui Rasûlullâh SWT dan mengatakan, ‘Wahai Rasulullâh, sesungguhnya para pengikutmu saling menyalahkan dan akhirnya mengatakan, ‘Kami mengikuti pendapatmu.’ Mendengar ucapan paman beliau ini, Rasulullâh SWT bersabda :
‘Sesungguhnya jika seorang Nabi sudah mengenakan peralatan perangnya, maka dia tidak akan menanggalkannya hingga terjadi peperangan’.
Keputusan musyawarah tersebut adalah menghadang musuh di luar kota Madinah. Ibnu Ishâq rahimahullah dan yang lainnya menyebutkan bahwa ‘Abdullâh ibnu Salûl setuju dengan pendapat Rasûlullâh SWT untuk tetap bertahan di Madinah. Sementara at-Thabari membawakan riwayat yang berlawanan dengan riwayat Ibnu Ishâq rahimahullah, namun dalam sanad yang kedua ini ada orang yang tertuduh dan sering melakukan kesalahan. Oleh karena itu, al-Bâkiri dalam tesisnya lebih menguatkan riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Ishâq rahimahullah.
Para Ulama Ahli Sirah menyebutkan bahwa yang memotivasi para Sahabat untuk menyongsong musuh di luar Madinah yaitu keinginan untuk menunjukkan keberanian mereka di hadapan musuh, juga keinginan untuk turut andil dalam jihad, karena mereka tidak mendapat kesempatan untuk ikut dalam Perang Badar.
Sementara, Rasûlullâh SWT lebih memilih untuk tetap tinggal dan bertahan di Madinah, kerana baginda ingin memanfaatkan bangunan-bangunan Madinah serta memanfaatkan orang-orang yang tinggal di Madinah.
Rasulullah Bergerak Menuju Uhud
Setibanya pasukan muslim di Uhud, mereka langsung menempati tempat mereka masing-masing sesuai dengan strategi/formasi yang diformat oleh Rasulullah. Pada saat itu pasukan muslim berjumlah 700 orang. Sebenarnya jumlah pasukan muslim ketika keluar dari madinah sejumlah 1000 orang. Namun Abdullah bin Ubay si pembelot dan si gembong kelompok munafik ini menarik dukungannya terhadap pasukan muslim sebanyak 300 orang, kemudian mereka kembali lagi ke madinah dengan alasan pendapatnya tidak di dengar oleh Rasulullah.
Dalam perang ini, panji-panji pasukan muslim dipegang oleh Mush’ab bin Umair, sementara Zubair bin Awwam memimpin pasukan kavaleri dan Hamzah memimpin pasukan infantri. Rasulullah lalu menempatkan regu pemanah di tempat yang sangat strategik iaitu di lereng Gunung Uhud supaya mereka dapat mencegah musuh menyerang pasukan muslim dari belakang.
Adapun sahabat yang ditunjuk untuk memimpin regu pemanah ini adalah Abdullah bin Jubair. Ketika itu Rasulullah juga bersabda kepada Abdullah bin Jubair yang isinya”Panahlah kuda musuh dengan tepat untuk melindungi kami. Mereka tidak akan dapat menyerang kami dari belakang. Meski nanti kami menang atau kalah, tetaplah kau di tempatmu agar kami tidak akan diserang dari arahmu”.
Setelah seluruh pasukan muslim bersiaga, Rasulullah menghunuskan pedangnya dan beliau berseru ”siapakah yang mau menggunakan pedang ini?” Kemudian Abu Dujanah maju seraya menjawab ”saya sanggup menggunakan fungsinya”, Lalu Rasulullah menyerahkan pedangnya kepada Abu Dujanah. Dan ketika itu suasananya sangat dahsyat dan sahdu sekali, karena setiap pasukan muslim menyimpan kerinduan akan akhirat dan menginginkan mati syahid.
Terjadinya Perang
Pada awal peperangan, pasukan muslim berhasil melaksanakan perintah Rasulullah dengan baik dan bahkan Allah meredhai-Nya. Tahap-tahap dalam perang Uhud kita dapat bahagi perang uhud menjadi 3 tahap. Diantaranya:
1. Tahap Pertama :
- pada tahap ini, kita dapat melihat keberhasilan yang dicapai pasukan muslim berkat keputusan yang diambil Rasulullah, kerana para pahlawan muslim seperti Hamzah, Abu Dujanah dan Abdullah bin Jahsy berhasil membuat pasukan musuh kocar kacir dan carut marut.
- Dan kemenangan pasukan muslim sudah di depan mata. Dan pada tahap ini juga para wanita quraisy mencegah para lelaki mereka agar tidak meninggalkan medan pertempuran, tapi mereka sudah ketakutan dan tak ada yang berani bertahan.
-Kita dapati bahawa pasukan muslim ketika itu hanya sebesar 700 orang, padahal saat itu jumlah pasukan musyrik mencapai 3000 orang. Bererti jumlah pasukan musyrik lebih dari empat kali lipat dari jumlah pasukan muslim(4:1)
- Tapi sayang, ketika kemenangan sudah berada di depan mata. Sebagian dari pasukan muslim melakukan “kekeliruan” dengan mengabaikan perintah yang telah diberikan kepada mereka.
2. Tahap Kedua :
- Pada tahap ini, kekalahan pasukan musyrik benar-benar sudah di ambang mata. Seperti ayam kehilangan induknya, para prajurit quraisy tunggang langgang melarikan diri meninggalkan medan perang.
- Dari situlah malapetaka terjadi. Dimana Pasukan pemanah yang melihat sahabatnya mengumpulkan gonimah/harta rampasan perang tergoda untuk melakukan hal yang sama,
- Saat itu juga pimpinan regu pemanah Abdullah bin Jubair buru-buru mengingatkan mereka agar mematuhi perintah Rasulullah, namum mereka belum memahami perintah Rasulullah dengan baik.
- Akhirnya mereka meninggalkan posisi mereka, walaupun perang belum benar-benar selesai.
3. Tahap Ketiga :
- Pada tahap ini, setelah regu pemanah meninggalkan posisi mereka, dan menyebabkan terjadinya celah pada pertahanan kaum muslim.
- Maka keadaan ini sebagai kesempatan emas bagi seorang panglima sehebat Kholid bin Walid yang ketika itu belum masuk islam dan memimpin pasukan musyrik.
- Secepat kilat , kholid bin walid ketika melihat kondisi pasukan muslim itu segera mengerahkan pasukannya untuk berputar dan menyerang pasukan muslim dari belakang.
- Beberapa prajurit pemanah muslim yang masih tertinggal di lereng gunung uhud menjadi target utamanya sebelum mereka menyerang prajurit yang berada di medan laga.
- Ketika itu Rasulullah terjebak dalam kepungan pasukan musyrik yang kemudian menyebabkan tersiarlah berita tentang tewasnya beliau.
- Tapi beruntung Allah berkenan menyelamatkan Rasulullah dengan adanya beberapa sahabat yang menjadi benteng hidup bagi baginda. Kerana ketika itu sabetan pedang para durjana berkelebat, ratusan anak panah deras menghujam seperti hujan, puluhan tombak dilemparkan, semuanya tertuju pada satu titik, Muhammad.
- Tapi tak ada satu pun senjata prajurit musyrik yang dapat menyentuh tubuh Rasulullah kerana berkat pengorbanan para sahabat yang luar biasa.
- Dalam kesempatan itu Rasulullah memulai menerapkan strategi baru, iaitu Rasulullah memerintahkan para prajurit muslim untuk bergerak ke belakang gunung uhud guna membangun kekuatan baru agar tahapan ketiga dari perang uhud yang nyaris menjadi tragedi itu dapat berakhir dengan kemenangan.
Dari guncangan menjadi kemenangan
Setelah sempat kekalahan pada tahap ketiga perang uhud. Pasukan muslim akhirnya mampu melakukan perlawanan dan berhasil mengusir pasukan musyrik. Sampai Abu Sofyan mundur dan kembali ke Mekkah. Dalam hal ini, kita dapat mengetahui bahawa dalam perang uhud pasukan muslim berhasil mengalahkan musuh dua kali, iaitu di awal dan di akhir, sementara “kekalahan” yang diderita pasukan muslim hanya terjadi di tengah perang. Mengapa kerana Allah selalu menganugerahkan kemenangan kepada setiap Rasul yang telah diutus-Nya.
Setelah guncangan yang dialami oleh pasukan muslim di uhud, Rasulullah berhasil mengakhiri pertempuran yang kita anggap sebagi kemenangan bagi pasukan muslim. apalagi setelah peperangan uhud, pasukan musryik yang dipimpin Abu Sufyan segera melarikan diri ke Mekkah sementara pasukan muslim bersama Rasulullah kembali ke Madinah dengan tenang.
Kekalahan kaum muslim dalam Perang Uhud sudah digambarkan dalam mimpi Rasulullah sebelumnya. Bahwa beliau bermimpi sedang mengayunkan pedang, lalu pedang itu patah di ujungnya. Kemudian beliau mengayunkannya lagi dan pedang itu kembali utuh, bahkan lebih baik dari sebelumnya.
No comments:
Post a Comment